7 Kebiasaan Orang yang Selalu Tenang di Situasi Apa pun

Daftar Isi
Refleksi perahu dan orang di danau yang sunyi, visualisasi ketenangan dalam menghadapi situasi sulit

Aku pernah berada di titik di mana setiap konflik terasa seperti badai. Di tempat kerja, aku dimaki karena kesalahan yang bukan aku buat. Di rumah, konflik keluarga membuatku merasa seperti berjalan di atas bara. Aku dulu reaktif, cepat tersulut, dan sering menyesal setelah bereaksi. Tapi sekarang, aku bisa berdiri tenang bahkan saat dunia di sekitarku kacau. Bukan karena aku kebal, tapi karena aku melatih kebiasaan yang membentuk ketenangan sebagai pondasi hidupku.

Kita akan bahas 7 kebiasaan yang bisa kamu latih untuk jadi pribadi yang tenang, stabil, dan reflektif di tengah situasi apa pun.

1. Memberi Jeda Sebelum Merespon

Suatu hari, aku dimarahi atasan karena laporan yang salah, padahal bukan aku yang buat. Dulu aku pasti langsung membalas dengan emosi. Tapi kali itu, aku tarik napas, diam 5 detik, dan berkata, “Saya paham ini bikin frustrasi. Biar saya bantu cari solusinya.”

Secara neurologis, jeda ini memberi waktu bagi prefrontal cortex—bagian otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan—untuk aktif, bukan amygdala yang memicu reaksi emosional. Menurut Dr. Daniel Goleman, penulis Emotional Intelligence, kemampuan memberi jeda adalah inti dari regulasi emosi.

2. Melatih Dialog Batin yang Sehat

Setelah gagal dalam interview kerja, suara di kepalaku dulu berkata, “Kamu payah.” Tapi setelah melatih dialog batin, aku mulai berkata, “Kamu belajar sesuatu hari ini. Besok kamu lebih siap.”

Menurut penelitian dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dialog batin yang sehat menurunkan kecenderungan stres pada remaja. Ini karena kamu mulai mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang menenangkan tubuh dan pikiran.

3. Fokus pada Nilai, Bukan Validasi

Di masa lalu, aku sering merasa tertinggal saat teman-teman memamerkan pencapaian di media sosial. Tapi aku sadar, validasi eksternal tidak bisa jadi kompas hidup. Aku mulai pegang nilai: kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab.

Menurut Viktor Frankl, penulis Man’s Search for Meaning, manusia menemukan ketenangan saat hidupnya punya makna dan arah, bukan saat dikejar pengakuan.

4. Bangun Rutinitas yang Menenangkan

Setiap pagi, aku duduk 15 menit di teras tanpa HP. Hanya mendengar suara alam dan merasakan napas. Rutinitas ini jadi jangkar saat hari terasa kacau.

Menurut studi dari Universitas Diponegoro, mindfulness sebagai rutinitas harian terbukti meningkatkan regulasi emosi dan ketenangan.

5. Hadapi Rasa Takut, Jangan Hindari

Presentasi dadakan di depan tim pernah bikin aku gemetar. Tapi aku tarik napas, ambil waktu 1 menit untuk tenangkan pikiran, lalu maju. Takut tetap ada, tapi aku tidak membiarkannya pegang kendali.

Menurut Susan Jeffers dalam bukunya Feel the Fear and Do It Anyway, keberanian bukan hilangnya rasa takut, tapi keputusan untuk tetap melangkah meski takut masih ada.

6. Fokus pada Hal yang Bisa Dikontrol

Konflik keluarga pernah membuatku frustrasi. Tapi aku sadar, aku tidak bisa ubah semua orang. Aku mulai fokus pada sikap dan responku sendiri. Hasilnya? Hubungan membaik, energiku tidak terkuras.

Menurut Stephen Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People, orang yang efektif fokus pada circle of influence—hal-hal yang bisa mereka kontrol.

7. Jaga Energi, Bukan Cuma Emosi

Aku pernah terus kerja tanpa istirahat, sampai tubuhku drop dan emosiku meledak karena hal sepele. Sejak itu, aku mulai jaga tidur, makan, dan lingkungan sosial. Aku berhenti nongkrong dengan orang yang hanya menyebar energi negatif.

Menurut teori Self-Regulation dari Baumeister, energi mental adalah sumber daya terbatas. Jika tidak dijaga, kamu akan kesulitan mengatur emosi dan keputusan.

Potensi Tantangan & Risiko

Perubahan ini tidak instan. Kamu mungkin merasa gagal saat kembali reaktif. Kamu bisa merasa aneh saat journaling atau duduk diam. Tapi itu bagian dari proses. Risiko terbesar adalah menyerah terlalu cepat dan kembali ke pola lama. Maka, ingat: ketenangan bukan tujuan akhir, tapi proses harian yang kamu bangun.

Kamu tidak perlu jadi manusia super untuk tenang. Kamu hanya perlu jadi manusia yang sadar. Mulai dari satu kebiasaan hari ini. Tarik napas sebelum nyaut. Tulis pikiranmu. Hadapi satu ketakutan kecil. Fokus pada nilai, bukan validasi. Bangun rutinitas pagi. Lepaskan hal yang tidak bisa kamu kontrol. Jaga energi kamu.

Karena dunia luar tidak akan pernah sepenuhnya tenang. Tapi kalau dunia dalam kamu solid, kamu bisa hadapi apa pun yang datang.

Sumber:

  • Goleman, Daniel. Emotional Intelligence
  • Jeffers, Susan. Feel the Fear and Do It Anyway
  • Covey, Stephen. The 7 Habits of Highly Effective People
  • Frankl, Viktor. Man’s Search for Meaning
  • Baumeister, Roy. Self-Regulation Theory
  • Universitas Muhammadiyah Purwokerto – Studi tentang dialog batin dan stres remaja
  • Universitas Diponegoro – Penelitian tentang mindfulness dan regulasi emosi

Artikel ini ditujukan untuk kamu yang ingin membangun ketenangan bukan sebagai topeng, tapi sebagai kekuatan sejati. Semua kebiasaan ini bisa kamu latih, mulai dari sekarang. Jangan tunggu dunia tenang untuk jadi tenang. Justru kamu harus jadi pusat ketenangan itu.

Posting Komentar