Ikigai dan Cara Menemukan Hidup yang Selaras
Pernahkah kamu merasa bingung dengan passion? Kadang kita bertanya-tanya, “Apakah aku hanya boleh punya satu passion saja seumur hidup?” atau “Bagaimana kalau passion yang aku miliki belum bisa menghasilkan uang?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul, terutama ketika kita sedang mencari arah hidup. Artikel ini akan membahas secara santai tentang passion, ikigai, dan bagaimana cara menyeimbangkan antara kebutuhan hidup dengan apa yang benar-benar kita cintai. Yuk, kita bahas.
Apa Itu Passion?
Banyak orang salah paham tentang passion. Mereka menganggap passion cukup sekadar sesuatu yang membuat kita senang. Padahal, passion bukan hanya soal suka. Passion adalah tanda awal, semacam petunjuk tentang hal-hal yang membuat hati kita bersemangat. Namun, setelah itu passion perlu diasah menjadi keahlian. Ketika passion berubah menjadi skill, barulah dunia akan menghargai karya kita.
Bolehkah Punya Lebih dari Satu Passion?
Jawabannya: tentu saja boleh. Passion bisa berkembang, berubah, bahkan bertambah seiring perjalanan hidup. Ada orang yang bisa menggabungkan dua passion sekaligus. Misalnya, seseorang yang suka bermain game tetapi juga lulusan musik. Ia kemudian menggabungkan keduanya dengan membuat musik untuk game. Menarik, bukan? Jadi, jangan takut jika kamu memiliki lebih dari satu passion. Justru itu bisa menjadi keunikanmu.
Passion dan Realita
Sering kali passion belum bisa menghasilkan uang, sementara kebutuhan hidup tidak bisa menunggu. Di sinilah konsep Ikigai hadir sebagai panduan. Ikigai adalah diagram yang menggabungkan empat hal penting:
- What you love (apa yang kamu cintai)
- What you are good at (apa yang kamu kuasai)
- What you can be paid for (apa yang bisa dibayar oleh dunia)
- What the world needs (apa yang dibutuhkan dunia)
Idealnya, keempat lingkaran ini bertemu di satu titik. Namun, tidak semua orang bisa langsung sampai ke sana. Kadang kita harus memulai dari kebutuhan dasar terlebih dahulu: bekerja untuk membayar kuliah, biaya hidup, atau sekadar mencukupi makan sehari-hari. Itu wajar. Yang penting, jangan berhenti mengeksplorasi.
Pekerjaan Tidak Harus 100% Passion
Realitanya, hampir tidak ada pekerjaan yang 100% menyenangkan. Bahkan banyak orang sukses pun masih mengerjakan hal-hal yang tidak mereka sukai. Namun, jika 50-60% dari pekerjaanmu bisa membuatmu bahagia, itu sudah merupakan anugerah besar. Jadi, jangan menunggu pekerjaan yang sempurna. Nikmati prosesnya, sambil terus mengasah passion di waktu luang.
Menajamkan Passion Menjadi Skill
Passion tanpa skill ibarat mobil tanpa bahan bakar. Kamu bisa sangat menyukai fotografi, tetapi jika tidak diasah, hasilnya akan biasa saja. Banyak orang memulai dengan pekerjaan utama yang mungkin tidak sesuai passion, tetapi di waktu luang mereka mengembangkan minatnya. Misalnya, mengikuti kelas, menerima proyek kecil, atau membangun portofolio. Dari situ, perlahan passion bisa berubah menjadi profesi.
Pentingnya Side Hustle
Jika passion belum bisa menjadi sumber penghasilan utama, mulailah dari side hustle. Kerjakan proyek kecil, bangun portofolio, dan kumpulkan pengalaman. Lama-kelamaan, kemampuanmu akan semakin tajam dan peluang akan terbuka lebih lebar. Banyak orang yang akhirnya bisa beralih penuh ke passion mereka setelah melalui proses ini.
Ketika Uang Sudah Oke, Tapi Skill Belum Maksimal
Ada juga situasi sebaliknya: pekerjaan sudah menghasilkan uang, tetapi kamu merasa belum cukup ahli. Atau, kamu sudah sangat ahli dalam suatu bidang, tetapi penghasilannya belum sepadan. Solusinya adalah menyeimbangkan antara wants (apa yang kamu inginkan) dan needs (apa yang kamu butuhkan).
Evaluasi Skill dan Pasar
Kadang masalahnya bukan pada skill, tetapi pada pasar. Bisa jadi kamu sudah ahli, tetapi dunia sedang tidak membutuhkan keahlian itu. Contohnya, seorang pilot yang sangat terampil, tetapi saat pandemi permintaan penerbangan menurun drastis. Atau, kamu sudah ahli, tetapi tidak tahu cara memasarkan kemampuanmu. Akibatnya, bayaran yang diterima lebih rendah dari seharusnya.
Upgrade Skill Tambahan
Jika menghadapi situasi seperti ini, cobalah mengembangkan skill tambahan. Misalnya, kemampuan bisnis, komunikasi, atau pemasaran. Dengan begitu, kamu bisa meningkatkan nilai dirimu di mata klien atau perusahaan. Kadang bukan hanya soal seberapa jago kamu, tetapi juga bagaimana kamu bisa menunjukkan nilai dari keahlianmu.
Ikigai: Titik Manis Antara Passion, Skill, dan Realita
Pada akhirnya, tujuan kita adalah mencapai titik Ikigai: kamu mencintai apa yang kamu lakukan, kamu ahli di bidang itu, dunia membutuhkannya, dan kamu mendapatkan penghasilan darinya. Itulah titik manis yang membuat hidup terasa lebih bermakna. Namun, perjalanan menuju Ikigai tidak instan. Dibutuhkan waktu, proses, dan kesabaran.
Penutup
Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri jika saat ini passionmu belum menghasilkan. Fokuslah dulu pada kebutuhan dasar, sambil terus mengeksplorasi dan mengasah kemampuan. Passion bukan tujuan akhir, melainkan kompas yang menunjukkan arah. Jika kamu konsisten, suatu saat kamu akan menemukan Ikigai yang membuat hidupmu lebih selaras.
Ingat, hidup bukan hanya soal bekerja untuk uang, tetapi juga soal menemukan makna. Jangan berhenti belajar, jangan berhenti mengeksplorasi, dan jangan takut untuk berubah arah. Karena pada akhirnya, kebahagiaan datang ketika siapa dirimu selaras dengan apa yang kamu kerjakan.
Posting Komentar